Kebakaran melanda bangunan Masjid Jakarta Islamic Center pada Rabu, 19/10/2022. Api diketahui berkobar pada pukul 15.00 WIB. Kebakaran tersebut berasal dari lantai 3 yakni kubah masjid yang tengah dalam tahap renovasi.
Kepala Sub Divisi Informasi dan Komunikasi Jakarta Islamic Center, Paimun Karim mengatakan bahwa warga yang tengah di dalam masjid langsung berhamburan keluar kala melihat api. Beberapa orang juga sempat mengamankan barangnya yang ada di lantai 1.
Baca Juga : 5 Fakta Larangan Obat Sirup Yang Wajib Di Ketahui
Sekitar sejam kebakaran melanda, kubah masjid kemudian ambruk dan setengah bagian dari kubah terbakar. Terlihat dari video yang berdurasi 30 detik banyak tersebar di media sosial.
Pejabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono mengatakan bahwa hanya bagian kubah masjid saja yang terdampak dari musibah kebakaran Islamic Center. Beliau mengatakan “Kubah saja, Kubah” kata Heru Budi Hartono dalam rekaman yang diterima dari Humas Pemprov DKI Jakarta, Rabu, 19/10/2022.
Kasat Intelkam Polres Metro Jakarta Utara, AKBP Slamet Wibisono Yanto mengurai kronologi kebakaran yang terjadi di Islamic Center. Berawal dari empat pekerja yang tengah melakukan renovasi bagian kubah masjid.
“Renovasi yang dilakukan menggunakan bahan tripleks, saat itu pekerja akan menggunakan tripleks pada atap kubah masjid. Kemudian para pekerja melelehkan membran untuk menempelkan bahan atap tersebut ke kubah masjid menggunakan alat bakar. Kemudian muncul percikan api dari alat bakar.”
“Saat kejadian tersebut, saksi berupaya dalam memadamkan api menggunakan alat pemadam, namun api dengan cepat merembet ke kubah masjid.” Kata Slamet Wibisono Yanto.
Sejarah Jakarta Islamic Center
Dengan musibah kebakaran yang terjadi di gedung Jakarta Islamic Center, kita bisa mengenali gedung yang lahannya eluas 109.435 m2 yang terdiri dari sembilan Rukun Tetangga (RT).
Jakarta Islamic Center adalah sebuah lembaga yang berdiri di eks Lokasi Resosialisasi Kramat Tunggak, Jalan Kramat Jaya RW 019, Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Kotamadya Jakarta Utara.
Kramat Tunggak (kramtung), tidak hanya terkenal di Indonesia namun juga di Asia Tenggara sebagai pusat jajan terbesar bagi kaum hidung belang. Dahulu memang terdapat sisi gelap dari wilayah Kramat Tunggak. Sampai lokalisasi ini tumbuh dan berkembang pesat.
Pada tahun 2001 Gubernur Sutiyoso melakukan sebuah Forum Curah Gagasan dengan seluruh elemen masyarakat untuk mengetahui dukungan dari masyarakat dengan perubahan pada Kramat Tunggak ini, ternyata pada tanggal 24 Mei 2001 dukungan semakin menguat dari masyarakat.
Gubernur Sutiyoso mengemukakan gagasannya kepada Prof. Azzumardi Azra (Rektor UIN Syarif Hidayatullah) di New York di sela-sela kunjungannya ke PBB pada tanggal 11-18 April 2001 untuk membangun JIC (Jakarta Islamic Centre) dan mendapatkan respon yang sangat positif.
Setelah adanya konsultasi dengan para ulama, masyarakat, praktisi dari skala nasional sampai internasional, sampailah sebuah plan untuk membangu JIC pada tahun 2002. Dalam rangka memperkuat ide dan gagasan dalam membangun Jakarta Islamic Center pada Agustus 2002 dilakukan Studi Komparasi ke Islamic Center di Mesir, Iran, Inggris dan Perancis.
Pada tahun yang sama, dilakukan perumusan dalam membentuk Organisasi dan Manajemen JIC. Kehadiran Jakarta Islamic Center ini ternyata sesuatu yang sangat fenomenal sebagai produk zaman yang strategis dan monumental.
Dalam rangka menyongsong cita-cita besar umat Islam dengan memiliki Jakarta Islamic Center, dikeluarkan SK Gubernur KDKI No. 99/2003 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamic Center).
Baca Juga : 8 Langkah Cara Telepon WhatsApp Pakai Tautan
Kemudian pada tahun April 2004, Badan Pengelola Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamic Center) dilantik dengan dikeluarkannya SK Gubernur dengan nomor 651/2004. kemudian kehadiran Jakarta Islamic Center ini diharapkan tidak hanya merubah tempat atau hanya sekedar masjid saya, namun juga menjadi pusat peradaban Islam terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara.
Ciri peradaban yang dimaksud adalah dengan kelengkapan fungsi terkait kemakmuran masjid, seperti fungsi sebagai tempat beribadah dan menuntut ilmu, fungsi perdagangan, dan fungsi kediklatan. Bagi mereka yang pernah mengunjungi Jakarta Islamic Center, tempat ini merupakan tempat yang berkesan sebagai pusat peradaban Islam di Indonesia.